13.9.13

Sebuah (Rencana) Perubahan

Pidato Kesan dan Pesan Peserta Sekdilu
Acara Penutupan Sekdilu Angkatan XXXVII
Jumat, 13 September 2013
Gedung Pancasila, Jakarta 


Yang terhormat, Bapak Menteri Luar Negeri,

Yang terhormat, Bapak dan Ibu pejabat eselon satu dan dua di Kementerian Luar Negeri,

Para widyaiswara, Bapak dan Ibu Duta Besar Pembina. Para hadirin sekalian yang saya hormati

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi penyelamat hidup saya dari waktu ke waktu.

Sekitar 10 tahun yang lalu, ketika saya sedang bingung menentukan cita-cita, orang tua saya mengatakan,”menjadi apapun nantinya kamu, satu hal yang patut selalu diingat, kamu harus membawa perubahan yang positif bagi lingkunganmu, bangsamu dan dunia di mana kamu berpijak.” Singkat cerita, saya kemudian memutuskan dengan penuh kesadaran untuk menjadi diplomat. Alasannya sederhana, diplomat adalah pekerjaan yang memungkinkan saya untuk mengubah bangsa ini di tengah kondisi dunia yang ada.

Setelah lulus dari Ilmu Hubungan Internasional, UPN “Veteran” Yogyakarta, pada awal 2011. Orang tua saya kembali berpesan: “Sebelum mengubah dunia, ini saatnya kamu yang berubah terlebih dahulu, banyak belajar dan bersiaplah hadapi seluruh proses yang ada, hanya ada kamu dan Tuhanmu”.

Ketika masuk dunia kerja, saya memang cukup banyak belajar dengan memulai karir sebagai jurnalis di sebuah media nasional. Namun, syukur kepada Tuhan, perubahan saya semakin nyata ketika saya memulai babak baru hidup saya di Sekolah Dinas Luar Negeri Angkatan 37, mimpi saya yang mulai mendekati nyata menjadi seorang diplomat bergaung bersama mimpi teman-teman yang serupa.

Untuk itu, saya mewakili seluruh teman-teman Sekdilu 37 mengucapkan terima kasih kepada Bapak Duta Besar Hazairin Pohan selaku Kepala Pusdiklat, Bapak Dr. Ben Perkasa Drajat sebagai Direktur Sekdilu, Bapak Muhammad Abdullah, Ibu Hartanti, Ibu Endang, Mba Vareta, Chicha, Ibu Yeti, Bapak Haryono, Bapak Herman dan seluruh staf UPT Pusdiklat yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Saya juga bersyukur dan berterima kasih kepada Bapak Dubes Pembina Sunten Manurung serta seluruh Dubes Pembina Sekdilu 37 atas bimbingannya, dan pastinya kepada seluruh teman-teman seangkatan yang amat saya cintai dan telah mau menjadi bagian dari perubahan hidup saya hingga saat ini dan terus adanya di masa depan. Percayalah, kalian jauh lebih berharga jika dibandingkan dengan ilmu substansi yang saya peroleh di Sekdilu.

Setiap proses belajar, pengalaman kita bersama di Ciawi, BAIS dan Surabaya, paduan suara Ghita Buana, kelompok tari Saman, kelas dansa, partisipasi kita menjadi panitia APEC di Medan dan berbagai acara lainnya, kesenangan kita bersama di Senayan City dan warung gorengan depan pusdiklat adalah masa yang juga turut membuat saya bisa tersenyum bangga dan bahagia sepanjang tahun ini. Memang tidak hanya tawa, kita juga mungkin menghadapi perselisihan sebagai bumbu, tapi itu tidak lain untuk menjadikan persahabatan semakin bercita rasa.

Pernah, suatu waktu ketika saya merasa begitu berat dengan berbagai beban dan keletihan ditambah dengan kewajiban taskap yang pada saat itu sangat menyita pikiran, saya terselamatkan oleh kalimat seorang kawan di Sekdilu 37, katanya: “Raka, saya memang belum tahu apa itu kunci kesuksesan, tetapi yang saya tahu dan yakini bahwa kunci kegagalan adalah ketika kita selalu berusaha menyenangkan semua orang, itu tidak akan pernah mungkin”.

Memang dalam hidup ini kita akan selalu dihadapkan dengan pilihan yang tidak mungkin kita peroleh seluruhnya. Sebagai individu dan sebagai peserta Sekdilu, kita sepenuhnya bebas memilih apakah ingin fokus dengan ambisi kita atau menjadi ambisius, bersikap rendah hati atau mementingkan diri sendiri, penuh strategi atau penuh kompetisi, bekerja optimal atau bekerja maksimal. Semuanya ada di pilihan kita masing-masing.

Namun, satu hal saya pelajari di Sekdilu bahwa menjadi diplomat tangguh dan handal untuk ditempatkan di garda terdepan Indonesia, bukanlah sebuah pilihan. Itu adalah kewajiban sekaligus anugerah yang Tuhan telah percayakan pada setiap kita untuk disyukuri dan diperjuangkan. Bukan lagi saatnya merasa diri sebagai crème de la crème, tapi bagaimana kepentingan nasional dan warga negara Indonesia kita perjuangkan semaksimal mungkin.

Sudah sepatutnya kita sebagai diplomat muda bersedia dan dengan penuh upaya untuk bekerja bagi bangsa Indonesia, di manapun kita ditempatkan. Saya yakin ini bukan hanya menjadi komitmen saya, tetapi juga komitmen seluruh teman-teman Sekdilu Angkatan 37. Karena saya percaya, di manapun kita ditempatkan nantinya, kita akan terus belajar hal baru, melalui proses kehidupan yang ada, menjadi pribadi yang lebih baik, dan akhirnya mengubah bangsa Indonesia dan dunia ini ke arah yang lebih baik, bagi kita dan generasi penerus kita.

Pada akhirnya, sebagai bentuk sumbangsih dan kerinduan kami untuk berbagi kepada masyarakat luas, Sekdilu 37 mempersembahkan sebuah buku yang berjudul “Refleksi Diplomasi Indonesia pada Abad ke-21”, yang berisi kumpulan hasil riset kami selama pendidikan, serta sebuah kumpulan tulisan yang kami beri judul “(Calon) Diplomat punya Cerita: Meniti Mimpi ke (Kementerian) Luar Negeri” yang berisi semangat, perjuangan dan seluruh harapan yang kami rasakan selama berada di Sekdilu Angkatan 37. Di samping itu, kami juga mempersembahkan suatu rangkaian gambar yang kami rangkum dalam sebuah film singkat yang berjudul “Menjadi Diplomat” dengan sisipan pesan bagi masyarakat tentang rekrutmen Kemlu yang bersih dan transparan. Kami juga sangat berterima kasih atas dukungan penuh Kementerian Luar Negeri dan Sekretariat ASEAN yang telah mengakomodasi dan memfasilitasi inisiatif kami, Sekdilu 37, untuk membumikan dan mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 melalui acara 4000 Salam ASEAN di Lapangan Monas, yang akan diadakan pada hari Minggu pagi, 15 September 2013.

Bapak, Ibu dan hadirin yang terhormat, inilah kami para lulusan Sekolah Dinas Luar Negeri Angkatan 37, dengan seluruh kelebihan dan kekurangan yang masih perlu untuk terus dibimbing dan dibina. Kami siap memasuki babak baru kehidupan di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dengan semangat untuk terus belajar dan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini, Indonesia tercinta.


Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar