23.10.13

Mari E. Pangestu: Indonesia Tidak Sekedar Bali



Singapura, 23 Oktober 2013 – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat adanya realisasi peningkatan investasi pariwisata sebesar USD 869,8 juta di Indonesia pada tahun 2012 atau naik 210% dibandingkan tahun sebelumnya. Dan sebagian besar investor asing tersebut berasal dari Singapura dengan angka 61,8% dari total investasi pariwisata tersebut. Data ini menunjukkan bahwa sumber investasi dunia sudah cukup terkonsentrasi di Singapura yang menjadikannya penting bagi Indonesia dalam kawasan Asia Pasifik.
Oleh karena itu, Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) berinisiatif untuk mengambil peluang tersebut dengan berpartisipasi pada Asia Pacific Tourism Destination Investment Conference (APTDI) yang diadakan di Singapura tanggal 21 – 23 Oktober 2013. Pada kesempatan tersebut, Mari E. Pangestu, Menteri Parekraf, menjadi keynote panellist yang menyampaikan isu mengenai Public Private Partnership. “Pariwisata Indonesia tidak hanya Bali, ada banyak destinasi wisata lainnya yang perlu dipromosikan dan difasilitasi lebih lanjut, seperti Lombok, Labuan Bajo dan Pulau Komodo,” ungkapnya dalam panel.
Sebelum konferensi, Kementerian Parekraf berkolaborasi dengan KBRI Singapura, BKPM dan sejumlah pihak lain mengadakan Brunch Business Meeting di Pan Pacific Hotel, Singapura. Dalam pertemuan tersebut, setidaknya ada lima pengembang pariwisata Indonesia yang bertemu dengan lima grup investor asal Singapura, seperti The Far East Singapore dan Marina Bay Serviced Residence. “Singapura sendiri merupakan salah satu kontributor utama pada sektor investasi dan pariwisata Indonesia serta berperan menjadi main hub yang sangat signifikan. Disitulah pentingnya Public and Private Partnership untuk terus dikembangkan oleh kedua negara,” jelas Deputy Chief of Mission dari KBRI Singapura, Bapak Ridwan Hassan. 

Menempati posisi kelima sebagai sumber devisa bagi Indonesia, pengembangan pariwisata sudah seharusnya menjadi prioritas ekonomi yang patut dikembangkan. Alasannya, pariwisata mempengaruhi ekonomi secara positif, menciptakan lapangan kerja baru, menjadi sumber devisa dan melibatkan sejumlah daerah di Indonesia secara langsung. “Manfaatnya berkali lipat sehingga perlu dikembangkanlah sebuah konsep Sustainable Tourism yang nantinya akan mendorong pengembangan budaya daerah Indonesia yang berkelanjutan sehingga memberikan faedah bagi komunitas-komunitas di daerah masing-masing,” kata Menteri Parekraf dalam penjelasannya. 
Pada pertemuan tersebut juga ditekankan kepada investor Singapura mengenai proyek pariwisata Indonesia yang terintegrasi, di mana saat ini fokus kepada pengembangan industri pariwisata di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Proyek tersebut memprioritaskan infrastruktur demi terciptanya konektivitas yang dilanjutkan dengan pengembangan Sumber Daya Manusia. Keduanya sangat mendasar untuk mendorong industri pariwisata di manapun. “Ketika semuanya siap, maka tinggal bagaimana kita menyakinkan seluruh stakeholders yang terkait, termasuk pemerintah daerah dan komunitas lokal setempat,” kata Mari E. Pangestu sebelum sekaligus berkunjung ke pameran ITB Asia yang diadakan di Suntec City, Singapura dengan didampingi oleh Bapak Ridwan Hassan, Wakil Kepala Perwakilan RI di Singapura.

Eksotisme Indonesia dipamerkan di Singapura



Singapura, 21 Oktober 2013 – Untuk kesekian kalinya, KBRI Singapura berhasil meningkatkan kerjasama ekonomi melalui berbagai kegiatan promosi perdagangan. Indonesia Fair kali ini telah dibuka secara resmi oleh Dubes RI untuk Singapura pada 18 Oktober 2013 dengan mengambil lokasi di Giant Tampines Singapura. “Petani Indonesia sebagai pemasok utama buah dan sayuran berkualitas asli produk Indonesia tentunya akan merasa sangat bangga karena produk yang mereka hasilkan sudah tersedia mulai hari ini di hypermarket terbesar di Singapura,” jelas Dubes Andri Hadi dalam pidato pembukaannya.

Pameran yang mengusung tema “The Exotic Taste of Indonesia” ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Agri-Food and Veterinary Authority of Singapore (AVA), Giant dan KBRI Singapura untuk mendukung promosi, pemasaran dan investasi kedua negara di sektor agribisnis. Singapura dengan keterbatasan lahan pertanian tentunya tidak mampu memenuhi permintaan pasar lokal yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Seperti yang disebutkan oleh Deputi CEO AVA Singapore, Lee Kwong Weng, bahwa Singapura memang harus melakukan impor lebih dari 90% produk pangan yang dikonsumsinya, termasuk dari Indonesia. “Ada tiga alasan mengapa Indonesia berperan penting bagi Singapura dalam hal ini: kedekatan posisi geografis, kualitas berbagai jenis produk pertanian Indonesia dan eratnya hubungan kerjasama ekonomi kedua negara,” ungkapnya.   

Selain itu, kegiatan pameran ini juga merupakan salah satu implementasi dari enam Bilateral Economic Working Groups yang telah disepakati oleh kedua kepala negara. Dubes Andri Hadi menjelaskan bahwa pameran ini merupakan sebuah konklusi kegiatan promosi ekonomi setelah pameran di Pasir Panjang Wholesale Center di bulan Mei dan NTUC FairPrice pada bulan September 2013. Kegiatan semacam ini pastinya akan terus dilanjutkan oleh KBRI Singapura dengan kerjasama yang intesif bersama sejumlah pihak terkait. “Dibandingkan tahun 2011, jumlah ekspor buah dan sayuran dari Indonesia ke Singapura telah mengalami peningkatan sekitar 8% yang mencapai 26.504 ton,” jelas Mesah Tarigan, Direktur Pemasaran Internasional, Kementerian Pertanian RI.
Dalam kesempatan tersebut, berbagai produk unggulan buah dan sayur asli Indonesia dipamerkan secara apik dan unik, seperti Durian Lay asli Kalimantan yang berwarna Oranye, Pepaya mini, Nanas Dewa, dan Alpukat jumbo. Pameran ini berlangsung dari tanggal 18 hingga 24 Oktober 2013 dan telah menarik perhatian banyak pengunjung Giant Tampines sejak hari pertama. “Tanpa bantuan sektor privat - eksportir Indonesia, importir Singapura dan retailer, seperti Giant, kita tidak akan mampu mencapai berbagai target untuk meningkatkan impor buah dan sayuran dari Indonesia ke Singapura,” tutup Dubes Andri Hadi dalam pidatonya yang kemudian langsung dilanjutkan dengan pertunjukan Tari Merak.